watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PERMAINAN NON CITRA

Kisahku yang satu ini kejadiannya sudah cukup
lama, Sejak aku menyerahkan tubuhku pada
Tohir, sopirku, dia sering memintaku
melakukannya lagi setiap kali ada kesempatan,
bahkan terkadang aku dipaksanya melayani
nafsunya yang besar itu.
Ketika di mobil dengannya tidak jarang dia suruh
aku mengoralnya, kalaupun tidak, minimal dia
mengelus-elus paha mulusku atau meremas
dadaku. Pernah malah ketika kedua orang tuaku
keluar kota dia ajak aku tidur bersamanya di
kamarku. Memang di depan orang tuaku dia
bersikap padaku sebagaimana sopir terhadap
majikannya, namun begitu jauh dari mereka
keadaan menjadi berbalik akulah yang harus
melayaninya. Mulanya sih aku memang agak
kesal karena sikapnya yang agak kelewatan itu,
tapi di lain pihak aku justru menikmatinya.
Tepatnya dua minggu sebelum ebtanas, aku
sedang belajar sambil selonjoran bersandar di
ujung ranjangku. Ketika itu waktu sudah
menunjukkan pukul 23.47, suasananya hening
sekali pas untuk menghafal. Tiba-tiba
konsentrasiku terputus oleh suara ketukan di
pintu. Kupikir itu Mamaku yang ingin
menengokku, tapi ketika pintu kubuka, jreenngg..
Aku tersentak kaget, si Tohir ternyata.
“Ih, ngapain sih Bang malam-malam gini, kalau
keliatan Papa Mama kan gawat tahu”
“Anu Non, nggak bisa tidur nih.. Mikirin Non terus
sih, bisa nggak Non sekarang.. Sudah tiga hari
nih?” katanya dengan mata menatapi tubuhku
yang terbungkus gaun tidur pink.
“Aahh.. Sudah ah Bang, saya kan harus belajar
sudah mau ujian, nggak mau sekarang ah!”
omelku sambil menutup pintu.
Namun sebelum pintu tertutup dia menahannya
dengan kaki, lalu menyelinap masuk dan baru
menutup pintu itu dan menguncinya.
“Tenang saja Non, semua sudah tidur dari tadi
kok, tinggal kita duaan saja” katanya menyeringai.
“Jangan ngelunjak Bang.. Sana cepet keluar!”
hardikku dengan telunjuk mengarah ke pintu.
Bukannya menuruti perintahku dia malah
melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam
seolah menelanjangiku.
“Bang Tohir.. Saya bilang keluar.. Jangan maksa!”
bentakku lagi.
“Ayolah Non, cuma sebentar saja kok.. Abang
sudah kebelet nih, lagian masa Non nggak capek
belakangan ini belajar melulu sih” ucapnya sambil
terus mendekat.
Aku terus mundur selangkah demi selangkah
menghindarinya, jantungku semakin berdebar-
debar seperti mau diperkosa saja rasanya.
Akhirnya kakiku terpojok oleh tepi ranjangku
hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan
ini tidak disia-siakan sopirku, dia langsung
menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit
tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya.
Namun sepertinya reaksiku malah membuatnya
semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil
menggerayangi tubuhku. Aku menggeleng
kepalaku kesana kemari saat dia hendak
menciumku dan menggunakan tanganku untuk
menahan laju wajahnya.
“Mmhh.. Jangan Bang.. Citra nggak mau!”
mohonku.
Aneh memang, sebenarnya aku bisa saja
berteriak minta tolong, tapi kenapa tidak
kulakukan, mungkin aku mulai menikmatinya
karena perlakuan seperti ini bukanlah pertama
kalinya bagiku, selain itu aku juga tidak ingin
ortuku mengetahui skandal-skandalku. Breett..
Gaun tidurku robek sedikit di bagian leher karena
masih memberontak waktu dia memaksa
membukanya. Dia telah berhasil memegangi
kedua lenganku dan direntangkannya ke atas
kepalaku. Aku sudah benar-benar terkunci, hanya
bisa menggelengkan kepalaku, itupun dengan
mudah diatasinya, bibirnya yang tebal itu
sekarang menempel di bibirku, aku bisa
merasakan kumis pendek yang kasar menggesek
sekitar bibirku juga deru nafasnya pada wajahku.
Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaanku
melemah, mau tidak mau aku harus mengikuti
nafsunya. Dia merangsangku dengan mengulum
bibirku, mataku terpejam menikmati
cumbuannya, lidahnya terus mendorong-dorong
memaksa ingin masuk ke mulutku. Mulutku pun
pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidahnya
masuk dan bermain di dalamnya, lidahku secara
refleks beradu karena dia selalu menyentil-nyentil
lidahku seakan mengajaknya ikut menari. Suara
desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah
terdengar jelas olehku.
Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan
tangan kasarnya mengelusi paha mulusku, dan
terus mengelus menuju pangkal paha. Jarinya
menekan-nekan liang vaginaku dan mengusap-
ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahiku naik
dengan cepatnya, terpancar dari nafasku yang
makin tak teratur dan vaginaku yang mulai becek.
Tangannya sudah menyusup ke balik celana
dalamku, jari-jarinya mengusap-usap
permukaannya dan menemukan klitorisku, benda
seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan
dengan jarinya membuatku menggelinjang dan
merem-melek menahan geli bercampur nikmat,
terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan
menyetuh dinding-dinding dalam liang itu.
“Ooohh.. Non Citra jadi tambah cantik saja kalau
lagi konak gini!” ucapnya sambil menatapi
wajahku yang merona merah dengan matanya
yang sayu karena sudah terangsang berat.
Lalu dia tarik keluar tangannya dari celana
dalamku, jari-jarinya belepotan cairan bening dari
vaginaku.
“Non cepet banget basahnya ya, lihat nih becek
gini” katanya memperlihatkan jarinya yang basah
di depan wajahku yang lalu dijilatinya.
Kemudian dengan tangan yang satunya dia
sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku bugil
yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang
apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati
dan mengelus payudaraku yang berukuran 34B,
dengan puting kemerahan serta kulitnya yang
putih mulus. Teman-teman cowokku bilang,
bahwa bentuk dan ukuran payudaraku ideal
untuk orang Asia, kencang dan tegak seperti
punya artis bokep Jepang, bukan seperti punya
bule yang terkadang oversize dan turun ke
bawah.
“Nnngghh.. Bang” desahku dengan mendongak
ke belakang merasakan mulutnya memagut
payudaraku yang menggemaskan itu.
Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit
pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan
kalau kumis pendeknya menggesek putingku
yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada
payudaraku yang sebelah dengan melakukan
pijatan atau memainkan putingnya sehingga
kurasakan kedua benda sensitif itu semakin
mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah
dan meremasi rambutnya yang sedang
menyusu.
Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan
turun mencium dan menjilati perutku yang rata
dan terus berlanjut makin ke bawah sambil
tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil
memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Cd itu
akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia
angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol
kakiku dan juga menjilati kakiku. Darahku semakin
bergolak oleh permainannya yang erotis itu.
Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke
bahunya, badanku setengah terangkat dengan
selangkangan menghadap ke atas.
Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia
inginkan, pokoknya aku ingin menuntaskan
birahiku ini. Tanpa membuang waktu lagi dia
melumat kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya
menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya,
klitorisnya, hingga ke dinding di dalamnya,
anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya
disentil-sentilkan pada klitorisku memberikan
sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku
benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mataku
merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-
syaraf vaginaku mengirimkan rangsangan ini ke
seluruh tubuh yang membuatku serasa
menggigil.
“Ah.. Aahh.. Bang.. Nngghh.. Terus!” erangku
lebih panjang di puncak kenikmatan, aku
meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi
rasa nikmat
Tohir terus menyedot cairan yang keluar dari
sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar
seperti mau meledak. Kedua belah pahaku
semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas
menyantap hidangan pembuka berupa cairan
cintaku, barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat
beristirahat dengan menunggunya membuka
baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka
baju, dia buka juga dasterku yang sudah
tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat.
Dia membentangkan kedua pahaku dan
mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir
vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna
merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya,
siap untuk menyambut yang akan memasukinya.
Namun Tohir tidak langsung mencoblosnya,
terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang
besar itu pada bibirnya untuk memancing
birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar
ingin segera dicoblos, aku meraih batang itu,
keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang
dan berurat lagi.
“Aaakkhh..!” erangku lirih sambil mengepalkan
tangan erat-erat saat penisnya melesak masuk ke
dalamku
“Aauuhh..!” aku menjerit lebih keras dengan
tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya
hingga penis itu tertancap seluruhnya pada
vaginaku.
Untung saja kamar Papa Mamaku di lantai dasar
dan letaknya cukup jauh dari kamarku, kalau tidak
tentu suara-suara aneh di kamarku pasti
terdengar oleh mereka, bagaimanapun sopirku ini
termasuk nekad berani melakukannya di saat dan
tempat seperti ini, tapi justru disinilah sensasinya
ngeseks di tempat yang ‘berbahaya’. Dengan
gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu
ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu
gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit
yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut
menggoyangkan pinggul dan memainkan otot
vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku
membuatnya semakin menggila, penisnya
semakin lama menyodok semakin kasar saja,
kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang
dengan kencang.
Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot
tubuhnya mengeras, tubuhnya yang hitam kekar
bercucuran keringat, sungguh macho sekali, pria
sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara
desahanku bercampur baur dengan erangan
jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat
nampak di sejukur tubuhku seperti embun,
walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa
panas sekali.
“Uugghh.. Non Citra.. Sayang.. Kamu emang
uenak tenan.. Oohh.. Non cewek paling cantik
yang pernah abang entotin” Tohir memgumam
tak karuan di tengah aktivitasnya.
Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku,
kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku
kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan
mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya.
Sementara di bawah sana penisnya makin gencar
mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan
berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk.
Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang
saling bercampur, akupun semakin erat
memeluknya. Aku merintih makin tak karuan
menyambut klimaks yang sudah mendekat
bagaikan ombak besar yang akan menghantam
pesisir pantai.
Namun begitu sudah di ambang klimaks, dia
menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa
melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan
dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas
pangkuannya. Dengan posisi ini penisnya
menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin
terasa juga otot dan uratnya yang seperti akar
beringin itu menggesek dinding kemaluanku.
Kembali aku menggoyangkan badanku, kini
dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek
keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk
melumat payudaraku kiri dan kanan secara
bergantian membuat kedua benda itu penuh
bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus
menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, mengelusi
punggung, pantat, dan paha.
Tak lama kemudian aku kembali mendekati
orgasme, maka kupercepat goyanganku dan
mempererat pelukanku. Hingga akhirnya
mencapai suatu titik dimana tubuhku mengejang,
detak jantung mengencang, dan pandangan agak
kabur lalu disusul erangan panjang serta
melelehnya cairan hangat dari vaginaku. Saat itu
dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga
gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih
bercampur nikmat. Ketika gelombang itu
berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun
makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan
roboh ke belakang tapi ditopang dengan
lengannya yang kokoh.
Dia membiarkanku berbaring mengumpulkan
tenaga sebentar, diambilnya tempat minum di
atas meja kecil sebelah ranjangku dan disodorkan
ke mulutku. Beberapa teguk air membuatku lebih
enakan dan tenagaku mulai pulih berangsur-
angsur.
“Sudah segar lagi kan Non? Kita terusin lagi yuk!”
sahut Tohir senyum-senyum sambil mulai
menggerayangi tubuhku kembali.
“Habis ini sudahan yah, takut ketahuan nih,”
kataku.
Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi
menungging, kemudian dia mulai menciumi
pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dan
anusku memberiku sensasi geli. Kemudian aku
merasa dia meludahi bagian duburku, ya ketika
kulihat ke belakang dia memang sedang
membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu,
lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. Oh..
Jangan-jangan dia mau main sodomi, aku sudah
lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk
benda sebesar itu pada daerah situ padahal dia
belum juga menusuk. Pertama kali aku
melakukan anal sex dengan temanku yang
penisnya tidak sebesar Tohir saja sudah sakit
banget, apalagi yang sebesar ini, aduh bisa
mampus gua pikirku.
Benar saja yang kutakutkan, setelah melicinkan
daerah itu dia bangkit dengan tangan kanan
membimbing penisnya dan tangan kiri membuka
anusku. Aku meronta ingin menolak tapi segera
dipegangi olehnya.
“Jangan Bang.. Jangan disitu, sakit!” mohonku
setengah meronta.
“Tenang Non, nikmati saja dulu, ntar juga enak
kok” katanya dengan santai.
Aku merintih sambil menggigit guling menahan
rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada
duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air
mataku saja sampai meleleh keluar.
“Aduuhh.. Sudah dong Bang.. Citra nggak tahan”
rintihku yang tidak dihiraukannya.
“Uuhh.. Sempit banget nih” dia mengomentariku
dengan wajah meringis menahan nikmat.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong
akhirnya mentok juga penisnya. Dia diamkan
sebentar penisnya disana untuk beradaptasi
sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini
juga kupakai untuk membiasakan diri dan
mengambil nafas.
Aku menjerit kecil saat dia mulai menghujamkan
penisnya. Secara bertahap sodokannya
bertambah kencang dan kasar sehingga
tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Tangannya
meraih kedua payudaraku dan diremas-
remasnya dengan brutal. Keringat dan air
mataku bercucuran akibat sensasi nikmat di
tengah-tengah rasa perih dan ngilu, aku
menangis bukan karena sedih, juga bukan
karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur
nikmat. Rasa sakit itu kurasakan terutama pada
dubur dan payudara, aku
mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan
remasan keras, namun aku juga tidak rela dia
menyudahinya. Terkadang aku harus
menggigit bibir atau bantal untuk meredam
jeritanku agar tidak keluar sampai ke bawah sana.
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri
tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan
panjang, ya aku mengalami orgasme
panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuhku
menegang beberapa saat lamanya hingga
akhirnya lemas seperti tak bertulang.
Tohir sendiri menyusulku tak lama kemudian, dia
menggeram dan makin mempercepat
genjotannya. Kemudian dengan nafas masih
memburu dia mencabut penisnya dariku dan
membalikkan tubuhku. Spermanya muncrat
dengan derasnya dan berceceran di sekujur
dada dan perutku, hangat dan kental dengan
baunya yang khas.
Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku
memejamkan mata dan mengatur nafas sambil
merenungkan dalam-dalam kegilaan
yang baru saja kami lakukan, sebuah hubungan
terlarang antara seorang gadis dari keluarga kaya
dan terpelajar yang cantik dan
terawat dengan sopirnya sendiri yang kasar dan
berbeda kelas sosial. Hari-hari berikutnya aku jadi
semakin kecanduan seks,
terutama seks liar seperti ini, dimana tubuhku
dipakai orang-orang kasar seperti Tohir, dari
situlah aku merasakan sensasinya.
Sebenarnya aku pernah ingin berhenti, tetapi aku
tidak bisa meredam libidoku yang tinggi, jadi ya
kujalani saja apa adanya. Untuk
mengimbanginya aku rutin merawat diriku
sendiri dengan fitness, olahraga, mandi susu,
sauna, juga mengecek jadwal suburku
secara teratur. Dua bulan ke depan Tohir terus
memperlakukanku seperti budak seksnya sampai
akhirnya dia mengundurkan diri
untuk menemani istrinya yang menjadi TKW di
Timur Tengah. Lega juga aku bisa lepas dari
cengkeramannya, tapi terkadang aku
merasa rindu akan keperkasaannya, dan hal inilah
yang mendorongku untuk mencoba berbagai
jenis penis hingga kini.


Adult | GO HOME | Exit
1/855
U-ON

inc Powered by Xtgem.com